top of page
No tags yet.

SEARCH BY TAGS: 

RECENT POSTS: 

FOLLOW ME:

  • Facebook Clean Grey
  • Twitter Clean Grey
  • Instagram Clean Grey

Cerita Mahasiswa (hampir) Salah Jurusan

"SELAMAT ANDA LULUS"


Begitulah tulisan di dalam surat yang gue terima 3 tahun lalu, surat pernyataan kelulusan lebih tepatnya. Ya, gue lulus dengan NEM yang tidak terlalu bagus, gue inget banget saat itu Ujian Nasional (UN) merupakan "neraka" bagi setiap siswa kelas 12, karena UN-lah yang menentukan lulus atau tidak lulusnya kita di SMA, ngga jarang banyak banget yang stress, terutama bagi anak-anak yang tidak terlalu pintar, gue contohnya.


Berbagai persiapan dilaksanakan, mulai dari Try Out tingkat sekolah, tingkat kota sampai tingkat provinsi, semua dilakukan semata-mata supaya bisa lulus, karena pada saat itu, tepatnya tahun 2014, paket UN mencapai 50 paket.

Gokil, ya. Kalau 1 kelas aja cuma diisi sama 20 orang, otomatis 1 kelas ngga ada yang bisa dapet paket yang sama.


Belum lagi standar UN di tahun gue itu bertaraf Internasional, gue inget banget Pak M Nuh yang saat itu menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dikeluhin abis-abisan di twitter sama anak-anak kelas 12 SMA se Indonesia. :)))


"Sekolah 3 tahun kok ditentuin cuma 3 hari".


"Hari ini hari pertama menjalani Ujian (Inter)Nasional"


"Duh, kebelet boker lagi"


Kira-kira seperti itulah keluhan temen-temen seperjuangan gue saat itu, kecuali yang terakhir sih.


Anyway..


Setelah resmi lulus dari SMA, hal selanjutnya yang menjadi pertanyaan besar setiap anak kelas 12 adalah "Mau kuliah dimana dan pengen masuk jurusan apa"


Gue, yang saat itu merasa punya skill dan passion dibidang komunikasi, bilang ke bokap dan nyokap gue kalau gue pengen masuk ke jurusan komunikasi, tapi niat gue untuk menjadi orang yang berkecimpung dibidang komunikasi ditolak a.k.a ngga dibolehin sama mereka. Saat itu, gue emang bilang ke mereka kalau gue pengen jadi presenter di TV, jadi host atau penyiar radio, atau jadi apapun pokoknya yang penting bisa tampil di depan banyak orang (baca: banci tampil).


Setelah berdiskusi dan bernegosiasi, akhirnya kedua orang tua gue tetep ngga membolehkan gue untuk masuk ke jurusan komunikasi, alasan mereka saat itu demand yang dibutuhkan untuk menjadi seorang presenter, host, atau penyiar radio itu sangat kecil, sementara supply jumlah lulusan komunikasi di Indonesia setiap tahunnya ribuan. Gue, yang saat itu cuma tau bahwa lulusan jurusan komunikasi cuma bisa jadi presenter, host, atau penyiar radio, dan engga ngerti apa itu demand dan supply, ngangguk-ngangguk meng-iya-kan.


Akhirnya, gue ngga jadi masuk jurusan komunikasi dan banting stir ke jurusan Manajemen Bisnis di sekolah tinggi swasta di Jakarta. :")


*backsound: Sakitnya tuh disini - Cita Citata*


Awal masuk kuliah, gue ngerasa jadi anak yang baru memulai kehidupan baru, temen-temen baru, lingkungan baru, aktifitas baru, dan pacar baru, semuanya itu betul kecuali yang terakhir.


Di tahun kedua gue menjalani hidup sebagai mahasiswa jurusan manajemen bisnis, gue sedikit menyesal dengan keputusan yang gue ambil, selain karena kampus gue di Jakarta dan rumah gue di Bekasi, which is gue mesti naik kereta Commuterline setiap harinya karena gue ngga ngekost, ternyata mata kuliah di jurusan ini cukup buat gue eneg dan mual.


Gue, yang sewaktu SMA sama sekali ngga suka akuntansi mesti ketemu akuntansi lagi di 3 semester awal, belum lagi mata kuliah lainnya yang kebanyakan teori.


Penyesalan gue bertambah dimana saat itu gue ngeliat temen-temen gue di jurusan komunikasi yang kuliahnya menyenangkan, misalnya, jadi panitia acara-acara tentang broadcasting, melakukan field trip ke kantor radio atau TV di Jakarta, sampai siaran di radio kampus. Nah siaran di radio kampus ini yang bikin gue sangat iri dengan mereka, karena masalahnya di kampus gue ini ngga ada tuh yang namanya radio kampus.


Lalu, hari-hari berikutnya gue merasa kaya yaudah sekedar kuliah aja. Sampai akhirnya gue masuk di semester 5, semester penjurusan kuliah, dari 4 fungsional manajemen (Marketing, Finance, Human Resource, dan Operation) gue bisa milih 2 fungsional yang nantinya jadi konsentrasi gue. Akhirnya, gue milih ngambil konsentrasi 1 di marketing dan konsentrasi 2 di finance, alasan gue milih marketing karena gue suka sama pelajarannya, dan asalan gue kenapa milih finance adalah karena gue ngga mau ambil operation dan jadwal mata kuliah SDM yang bentrok sama marketing. :")


Anyway,


Setelah penjurusan, gue ngerasa dunia perkuliahan gue jauh lebih menyenangkan dan melelahkan, ya walaupun emang lebih banyak melelahkannya sih.


Tapi sejujurnya, di titik ini gue juga bersyukur kalau ternyata gue ngga salah jurusan, gue cuma belum menemukan titik nyaman gue kuliah dimana, ya walaupun ngga sampai ngulang atau failed matkul sih, tapi kaya beban aja ngejalaninnya, apalagi ditambah "pressure" dari apa yang gue pengen kaya yang gue ceritain di awal kan. (Ngga jadi masuk komunikasi lalu ngeliat temen-temen komunikasi yang kelihatannya kuliahnya seru).


Setelah tulisan ini, akan ada tulisan selanjutnya yang ceritanya masih nyambung.

So, terima kasih ya teman-teman yang sudah baca sampai sini. Hahaha :))






bottom of page